Tren Online Shop
Berbelanja
online sedang menjadi tren saat ini. “Online lebih praktis liat bajunya,
biasanya harga lebih murah juga daripada di store,”
ujar Marcintya, mahasiswi Fikom Untar 2011 yang mengaku sering berbelanja
pakaian melalui online shop.
Menurut
kominfo melalui website resminya kominfo.go.id, pengguna internet tahun 2014 di
Indonesia mencapai 82 juta pengguna. Dengan jumlah pengguna sebanyak itu,
Indonesia menempati peringkat ke – 8 didunia. Perkembangan jumlah pengguna ini
didukung oleh persaingan sengit antar provider seluler yang semakin murah dan
mudahnya mengakses internet melalui gadget.
Hal ini berdampak pada gaya hidup masyarakat yang melek informasi, salah
satunya berbelanja online.
Keterbatasan
waktu, harga yang lebih murah, serta kemudahan mencari barang tertentu dengan
sekali klik menjadi alasan mengapa banyak orang menjadikan online shop sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan. “Beda –
beda, ada alat buat nail art, body lotion, cover hp” ungkap Devi, 24 tahun, yang mengaku memilih berbelanja
online daripada berbelanja di mall.
Yohanna,
mahasiswi Fikom Untar 2011 mengatakan bahwa ia sering membeli barang seperti
pakaian di online shop. “Mungkin
sekitar dua jutaan, ga pernah hitung juga sih,” jawab Yohanna ketika ditanyakan
soal budget belanja online tiap bulannya. Ia menambahkan bahwa harga, kualitas
dan testimonial adalah pertimbangan
utamanya untuk melakukan pembelian di online
shop.
Testimonial adalah ungkapan kepuasan
yang diberikan pembeli kepada penjual atas layanan yang ramah, respon yang
cepat, produk yang bermutu, ataupun merekomendasikan penjual tersebut kepada
orang lain.
Berbelanja
online menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini
disambut baik oleh penjual yang ditandai dengan menjamurnya online shop saat ini. Bagaimana tidak,
penjual tidak perlu mengeluarkan banyak modal untuk memiki sebuah ‘toko’
didunia maya. Hanya bermodalkan perangkat seperti komputer atau gadget dan
koneksi internet saja, ia sudah bisa menjajakan jualannya tanpa gudang atau toko
riil.
Penjual
online shop juga kerap memanfaatkan
media sosial untuk mempromosikan barang dagangannya. Indonesia dengan pengguna facebook terbanyak nomor 4 didunia
merupakan target konsumen yang menggiurkan bagi penjual online shop. Selain facebook,
masih ada twitter dan instagram yang biasanya digunakan
penjual untuk berjualan.
Saat
ini ada sistem penjualan baru yang unik yaitu penjual tidak perlu modal untuk
menyetok barang. Sistem ini dinamakan dropship.
Sistem ini menawarkan keuntungan dan kemudahan bagi penjual karena penjual juga
tidak perlu melakukan pengepakan dan pengiriman barang.
Dropship
dilakukan dengan cara mempromosikan barang melalui Blackberry Messanger (BBM) atau media sosial yang dibuat khusus
maupun pribadi. Penjual hanya perlu
memindahkan gambar suplier dengan menaikkan harga jual. Selisih harga jual
kembali ke konsumen merupakan keuntungan bagi dropshiper (sebutan penjual yang menggunakan sistem ini). Jika ada
yang hendak membeli produk dari dropshiper,
maka pembeli akan melakukan pebayaran ke dropshiper.
Selanjutnya, dropshiper akan
meneruskan orderan ini kepada suplier. Uniknya, pengiriman barang ke konsumen
akan dilakukan supplier dengan mencantumkan nama dropshiper.
Sistem
dropship menguntungkan semua pihak.
Bagi suplier tentu penjualan akan meningkat dengan cakupan penjualan yang lebih
luas. Bagi dropshiper, memperoleh
keutungan tanpa mengeluarkan modal untuk menyetok barang maupun repot – repot
melakukan pengiriman. Bagi konsumen, keuntungannya adalah lebih mudah menemukan
produk yang ia cari karena cakupan penjualan yang luas.
Bisnis
online shop menjadi bisnis yang
menjanjikan. Bagaimana tidak, Hendy Suprapto pemilik online shop
ayobelanjabaju.com mengatakan bahwa omset penjualannya bisa mencapai ratusan
juta rupiah setiap bulan. Selain dengan website, ia juga mempromosikan
produknya lewat facebook dan pemasangan iklan disitus penyedia pasang iklan
gratis seperti kaskus.com dan OLX.com (sebelumnya tokobagus.com).
Kisah
suksesnya pria lulusan Universitas Trisakti ini dimulai dari toko yang ia buka
di Pasar Pagi Mangga Dua dengan nama Baju Laris. Kemudian pada tahun 2009 ia
mulai membuka sayap lebih lebar lagi dengan merambah dunia online shop. Dirumahnya yang berlokasi di Jl. Balikpapan 1 no. 14
Jakarta Pusat , ia memiliki 17 orang karyawan. Kini, ia juga menaungi
bajucouple.com dan bajularis.com. Puluhan hingga ratusan paket ia kirim setiap
harinya. “Dulu mau jualan online karena toko offline mulai sepi,” jelas Hendy.
Tren
berbelanja online harus diimbangi dengan kewaspadaan dalam bertransaksi.
Berikut beberapa tips belanja online yang aman.
1. WAJIB CARI TAU REPUTASI PENJUAL
Hal
yang paling mudah dilakukan untuk mencari tahu adalah mencari dimesin pencarian
terbesar internet yaitu google. Hal
ini bisa dilakukan dengan mengetikan nama, nomor handphone, pin bb, dll untuk mencari tahu apakah online shop tersebut bukan penipu. Cari
tahu juga testimonial pembeli serta
identitas pembeli lainnya. Kapan Facebook,
twitter, Instagram, dan media sosial lainnya dibuat, apakah pernah ada
komplain sebelumnya. Jika ada testimonial,
cek apakah testimonial itu asli. Jika
ada komplain, cek apakah online shop
tersebut bertanggung jawab atas komplain. Semakin banyak informasi yang bisa
dikumpulkan, semakin baik pula penilaian tentang online shop tersebut.
2. JANGAN TERGODA HARGA MURAH
Harga
yang tidak masuk akal beresiko lebih tinggi untuk indikasi penipuan.
3. BANYAK BERTANYA
Tanyakan
dengan jelas tentang detail kondisi barang, pengepakan, pengiriman, prosedur komplain
jika bermasalah, garansi dan lain - lain sebelum melakukan pembayaran.
4. UTAMAKAN BERTEMU ATAU COD (Cash On
Delivery)
Usahakan
untuk bertemu dengan penjual untuk bertransaksi. Jika hal ini sulit dilakukan
karena jarak lokasi yang jauh, maka tanyakan kapan barang akan dikirim dan
mintalah nomor resi pengiriman.
situs ayobelanjabaju.com milik Hendy Suprapto |
Petikan wawancara dengan narasumber Marcitya, 2011, Fikom Untar, Advertising |
Petikan wawancara dengan narasumber Devi, 24 tahun |
Petikan wawancara dengan narasumber Yohanna, 2011, Fikom Untar, Jurnalistik |
0 komentar:
Posting Komentar