Senin, 08 April 2013

Kartini's day : Jeritan kaum perempuan, Senyum 100 Tahun Ku Karena Pusaka XII

Diposting oleh Unknown di 20.56 0 komentar
Posting kali ini gue akan perkenalin diri sekali lagi (mengingat posting gue sebelumnya baru 3, hehehe). Gue ficca sekarang sedang kuliah di fakultas ilmu komunikasi universitas tarumanagara jurusan jurnalistik. Kali ini gue mau menceritakan sedikit tentang tugas kuliah gue.

Di semester 4 ini gue mengambil mata kuliah teknik fotografi dan audio visual. Dengan dosen pengajar yang luar biasa sabar, beliau mengajarkan kami menggunakan kamera dslr dari nol. Teknik sederhana sudah di tangan, maka kami mulai dilepas untuk hunting foto.

Tugas UTS mengambil tema Kartini's day. Dimana kami harus menyuarakan jeritan kaum perempuan lewat hasil karya fotografi. Banyak hal yang ternyata gue dapetin selama proses hunting. Berikut foto yang udah gue ambil semampu gue (walaupun masih newbie banget fotonya, hehehe) dan esai yang gue buat untuk tugas gue. Mudah - mudahan diterima oleh si dosen Santo Tjin yang baik hati hihihi....

Nah! yang bikin gue mau posting tugas gue di blog adalah gue mau mengajak semua pembaca yang siapa tau mau berpartisipasi untuk membantu sesama kita melalui PUSAKA XII. Pusaka XII sendiri adalah wadah tempat berkumpul lansia kurang mampu untuk mendapatkan santunan makanan. Pusaka XII bertempat di Tanjung Gedong Raya no. 1 , Tomang Jakarta Barat.

saatnya foto-foto yang berbicara, here we go!





foto gue bersama Ibu Nogroho dan teman seperjuangan Yohanna hahaha





Foto - foto ini yang gue pilih untuk tugas fotografi :)
Dengan sebuah topi lusuh, wanita tua ini memerangi panasnya terik matahari di kota tua. Rasa jijik dan bau dari tempat sampah tidak lagi ia hiraukan. Satu demi satu ia terus mengumpulkan sampah plastik demi cucu yang menunggu dirumah.

 “Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? Jaman sekarang banyak orang tua yang tidak dipedulikan bahkan oleh anak dan keluarganya sendiri,”  kata Sri Mahastuti Nugroho selaku pengurus Pusaka XII.

Genap 100 tahun usia Sumarni sekarang. Tanpa ada anak yang merawat, ia tetap menjalani hidupnya dengan bahagia pada usianya yang sudah layu. Ia tersenyum cantik ketika gambar ini diambil. 


 SENYUM 100 TAHUN KU KARENA PUSAKA XII

Bermula dari tugas UTS mata kuliah teknik fotografi dan audio visual, saya berpikir keras untuk menemukan konsep yang baik. Bermodal sebuah keingintahuan dan “bekal” yang diberikan dosen, saya berangkat ke kawasan kota tua.
Tempat wisata murah dan historis membuat banyak rombongan sekolah datang ke kota tua. Tak jarang saya melihat turis asing yang memotret arsitektur kuno yang ada disana. Beberapa penjual menjajakan dagangannya serta sesekali melontarkan tawaran bagi para pengungjung.
Pandangan saya tertuju pada seorang wanita tua yang sama sekali tidak peduli dengan takjub dan tawa riang pengunjung wisata. Nenek yang membawa dua plastik besar berwarna merah ini menghampiri setiap tempat sampah yang terletak di pinggir lapangan tengah kota tua. Tanpa masker dan sarung tangan ia mencari sampah plastik untuk kemudian ia jual.
Sumiyanti, sang nenek pemulung itu mengatakan bahwa ia sudah berumur 67 tahun. Di usianya yang senja ini, ia hanya tinggal dengan seorang cucunya yang masih kecil. Suaminya telah meninggal dan anak – anaknya pergi bekerja di luar kota. “Kadang – kadang kalau banyak bisa dapat Rp 25.000,- tapi kalau sedikit cuma Rp 5.000,- juga pernah. Ya sedapatnya aja buat nenek sama cucu makan sehari – hari,” ucap Sumiyanti  yang menolak untuk duduk ketika diwawancarai. Beliau terus mencari sampah yang merupakan mata pencaharian satu – satunya yang bisa ia lakukan.
Hari berikutnya, saya mengunjungi sebuah yayasan yang pertama saya kira adalah sebuah panti jompo. Yayasan Pusaka ( Pusat Santunan dalam Keluarga ) XII yang bertempat di Tanjung Gedong, Jakarta Barat ini merupakan sebuah wadah partisipasi masyarakat yang peduli pada lansia kurang mampu. Di tempat ini, lansia dibina melalui kegiatan sederhana seperti memasak untuk santunan makanan, pengajian, olahraga, pemeriksaan kesehatan, dan pembagian sembako.
Saya bertemu dengan pengurus Pusaka XII, Sri Mahastuti Nugroho, yang ternyata juga adalah lansia berusia 71 tahun. Nugroho mengatakan bahwa kami generasi muda seharusnya mulai menumbuhkan rasa empati terhadap sekeliling. Beliau menceritakan tentang akhir hidup yang tragis seorang lansia yang “dibuang” oleh keluarganya. “Dulu ada seorang nenek yang kurus hingga terlihat jelas tulang – tulangnya meninggal dalam keadaan kelaparan di sebuah gubuk sekitar 2x3 meter yang dibangun di atas got,” cerita Nugroho. Menurutnya, hal sekecil apapun walau hanya berupa perhatian pada lansia adalah suatu hal yang amat mereka butuhkan. Beliau berpesan kepada kaum muda untuk lebih peduli dan aktif membantu kelompok – kelompok kecil disekitar.
Rasa kagum dan haru saya tak hanya pada cerita – cerita tentang bagaimana Nugroho menjalani yayasan Pusaka XII selama 31 tahun hingga kini. Saya juga bertemu dengan seorang nenek yang sudah berusia 100 tahun dan masih sehat. Foto terakhir saya ambil untuk mengabadikan Sumarni yang tetap hidup bahagia diusianya tanpa ada sanak saudara yang merawatnya. Walaupun penglihatan dan pendengarannya sudah tidak begitu baik lagi, ia tetap ceria menjalani kegiatan siang itu.
Semangat Sumiyanti, Nugroho dan Sumarni merupakan warisan cita – cita Kartini yang sangat nyata. Walaupun usia sudah tidak lagi muda, para wanita ini menginspirasi kita untuk lebih menghargai kehidupan. Wanita yang luar biasa yang berjuang bukan hanya demi dirinya sendiri tetapi dengan sesamanya. Mulailah dengan satu langkah kecil tetapi bermanfaat untuk orang lain.

Sekian posting gue kali ini, semoga menginspirasi dan bermanfaat! ;)
 

Family, Friends, Love, My life :) Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos