Di semester 4 ini gue mengambil mata kuliah teknik fotografi dan audio visual. Dengan dosen pengajar yang luar biasa sabar, beliau mengajarkan kami menggunakan kamera dslr dari nol. Teknik sederhana sudah di tangan, maka kami mulai dilepas untuk hunting foto.
Tugas UTS mengambil tema Kartini's day. Dimana kami harus menyuarakan jeritan kaum perempuan lewat hasil karya fotografi. Banyak hal yang ternyata gue dapetin selama proses hunting. Berikut foto yang udah gue ambil semampu gue (walaupun masih newbie banget fotonya, hehehe) dan esai yang gue buat untuk tugas gue. Mudah - mudahan diterima oleh si dosen Santo Tjin yang baik hati hihihi....
Nah! yang bikin gue mau posting tugas gue di blog adalah gue mau mengajak semua pembaca yang siapa tau mau berpartisipasi untuk membantu sesama kita melalui PUSAKA XII. Pusaka XII sendiri adalah wadah tempat berkumpul lansia kurang mampu untuk mendapatkan santunan makanan. Pusaka XII bertempat di Tanjung Gedong Raya no. 1 , Tomang Jakarta Barat.
saatnya foto-foto yang berbicara, here we go!
foto gue bersama Ibu Nogroho dan teman seperjuangan Yohanna hahaha |
Foto - foto ini yang gue pilih untuk tugas fotografi :)
“Kalau bukan kita yang
peduli, siapa lagi? Jaman sekarang banyak orang tua yang tidak dipedulikan
bahkan oleh anak dan keluarganya sendiri,” kata Sri Mahastuti Nugroho selaku pengurus
Pusaka XII.
|
Genap
100 tahun usia Sumarni sekarang. Tanpa ada anak yang merawat, ia tetap menjalani hidupnya
dengan bahagia pada usianya yang sudah layu. Ia tersenyum cantik ketika gambar
ini diambil.
|
SENYUM 100 TAHUN KU KARENA PUSAKA XII
Bermula dari tugas UTS mata kuliah teknik fotografi dan
audio visual, saya berpikir keras untuk menemukan konsep yang baik. Bermodal
sebuah keingintahuan dan “bekal” yang diberikan dosen, saya berangkat ke
kawasan kota tua.
Tempat wisata murah dan historis membuat banyak rombongan
sekolah datang ke kota tua. Tak jarang saya melihat turis asing yang memotret
arsitektur kuno yang ada disana. Beberapa penjual menjajakan dagangannya serta
sesekali melontarkan tawaran bagi para pengungjung.
Pandangan saya tertuju pada seorang wanita tua yang sama
sekali tidak peduli dengan takjub dan tawa riang pengunjung wisata. Nenek yang
membawa dua plastik besar berwarna merah ini menghampiri setiap tempat sampah
yang terletak di pinggir lapangan tengah kota tua. Tanpa masker dan sarung
tangan ia mencari sampah plastik untuk kemudian ia jual.
Sumiyanti, sang nenek pemulung itu mengatakan bahwa ia
sudah berumur 67 tahun. Di usianya yang senja ini, ia hanya tinggal dengan
seorang cucunya yang masih kecil. Suaminya telah meninggal dan anak – anaknya
pergi bekerja di luar kota. “Kadang – kadang kalau banyak bisa dapat Rp
25.000,- tapi kalau sedikit cuma Rp 5.000,- juga pernah. Ya
sedapatnya aja buat nenek sama cucu
makan sehari – hari,” ucap Sumiyanti yang menolak untuk duduk ketika diwawancarai.
Beliau terus mencari sampah yang merupakan mata pencaharian satu – satunya yang
bisa ia lakukan.
Hari berikutnya, saya mengunjungi sebuah yayasan yang
pertama saya kira adalah sebuah panti jompo. Yayasan Pusaka ( Pusat Santunan
dalam Keluarga ) XII yang bertempat di Tanjung Gedong, Jakarta Barat ini
merupakan sebuah wadah partisipasi masyarakat yang peduli pada lansia kurang
mampu. Di tempat ini, lansia dibina melalui kegiatan sederhana seperti memasak
untuk santunan makanan, pengajian, olahraga, pemeriksaan kesehatan, dan
pembagian sembako.
Saya bertemu dengan pengurus Pusaka XII, Sri Mahastuti
Nugroho, yang ternyata juga adalah lansia berusia 71 tahun. Nugroho mengatakan
bahwa kami generasi muda seharusnya mulai menumbuhkan rasa empati terhadap
sekeliling. Beliau menceritakan tentang akhir hidup yang tragis seorang lansia
yang “dibuang” oleh keluarganya. “Dulu ada seorang nenek yang kurus hingga
terlihat jelas tulang – tulangnya meninggal dalam keadaan kelaparan di sebuah
gubuk sekitar 2x3 meter yang dibangun di atas got,” cerita Nugroho. Menurutnya,
hal sekecil apapun walau hanya berupa perhatian pada lansia adalah suatu hal
yang amat mereka butuhkan. Beliau berpesan kepada kaum muda untuk lebih peduli
dan aktif membantu kelompok – kelompok kecil disekitar.
Rasa kagum dan haru saya tak hanya pada cerita – cerita
tentang bagaimana Nugroho menjalani yayasan Pusaka XII selama 31 tahun hingga
kini. Saya juga bertemu dengan seorang nenek yang sudah berusia 100 tahun dan
masih sehat. Foto terakhir saya ambil untuk mengabadikan Sumarni yang tetap
hidup bahagia diusianya tanpa ada sanak saudara yang merawatnya. Walaupun
penglihatan dan pendengarannya sudah tidak begitu baik lagi, ia tetap ceria
menjalani kegiatan siang itu.
Semangat Sumiyanti, Nugroho dan Sumarni merupakan warisan
cita – cita Kartini yang sangat nyata. Walaupun usia sudah tidak lagi muda,
para wanita ini menginspirasi kita untuk lebih menghargai kehidupan. Wanita
yang luar biasa yang berjuang bukan hanya demi dirinya sendiri tetapi dengan
sesamanya. Mulailah dengan satu langkah kecil tetapi bermanfaat untuk orang
lain.
Sekian posting gue kali ini, semoga menginspirasi dan bermanfaat! ;)